Petuah Orang (Tua)
"Aku udah pernah merasakan apa itu yang namanya
sungguh-sungguh patah hati.
Aku pernah tau rasanya sakit hati yang rasanya
benar-benar membunuh.
Bisa kamu bayangin? 8 tahun bersama dan di suatu malam
aku iseng coba hack sosial media dia. Dan aku menemukan DM nya, chat di WA,
chat di FB, semuanya ke laki-laki lain. Sungguh-sungguh malam itu aku
hancur."
Suara laki-laki di seberang sana tiba-tiba hening,
sedikit terdengar hembusan napasnya yang berat. Mungkin saja dia berhenti untuk
menyulut sebatang rokok. Kebiasaannya adalah merokok bila mulai membahas
masalah yang cukup berat, walaupun sebenarnya dia bukan perokok berat.
Kemudian dia melanjutkan,
"Jadi buatku, kalau sakit hati yang kecil-kecil itu
ku anggap kayak nggak ada, sama sekali nggak ku masukin dalam hati. Aku udah
pernah ngerasain yang lebih sakit dari ini, udah pernah tergores belati yang
paling beracun, pada malam itu, jadi kalau cuma masalah di block atau apalah
itu, aku sama sekali nggak dimasukin hati. Bisa dibilang nggak terlalu aku
pikirkan lah. Karena sakit hati model kayak begitu nggak ada seberapanya dengan
sakit yang aku rasain malam itu."
Setelah secara tiba-tiba ia mengungkit masa lalunya, ia
kembali hening. Aku pun ikut mematung. Walaupun hanya berbicara melalui
telepon, tapi terasa dekat. Kalimatnya terus bergema di dalam telingaku, otakku
terpaksa mencerna setiap kalimatnya secara hati-hati. Refleks aku membuka lagi
kenangan kelam yang pernah ku alami. Memang benar, sakit hari ini tidak
sebanding dengan kepergiannya waktu itu, tidak seharusnya aku ambil pusing akan
perkara ini.
Hening yang cukup lama, dan hanya diisi dengan hembusan
nafasku dan laki-laki itu. Jujur ku mengakui, saat itu adalah kali kedua aku
terpesona pada dirinya, terhadap jiwa dan pikirannya. Tak heran, selisih usia
ku dan dia sangat jauh, terpaut 16 tahun.
Mungkin memang di usiaku sekarang adalah fase seseorang
berkembang menjadi dewasa. Sedangkan masih banyak sekali hal yang belum
kupahami. Tapi tenang bang, aku yakin suatu saat aku bisa menjadi seseorang
sehebat dirimu. Aku paham kamu ditempa dengan pengalaman serta waktu yang tidak
sedikit.
Komentar
Posting Komentar