Satu Minggu Setelah Kamu Mengucapkan "I Love You"
Perlahan namun pasti kamu mulai melepaskan genggamanmu.
Aku merasakan jemarimu menjauh,
sentuhmu menjadi samar,
kemudian hilang.
Sesaat setelah kamu melepaskannya, aku merasa kosong.
Kosong yang menyesakkan.
Aku berhenti bernapas sejenak.
Untuk beberapa detik jantungku berhenti berdetak.
Seolah terputus dari sumber energi.
Namun kuingatkan diriku untuk kembali bernapas, Agar jantungku dapat kembali berdetak. Agar aku dapat memahami apa yang sedang terjadi.
Kamu hanya berdiri disana.
Begitu saja, dalam diam.
Aku tidak bisa menerka,
hatimu sesungguhnya.
Masih jelas dalam ingatanku,
Setiap jengkal dirimu.
Setiap detik malam itu.
Hanya sebuah kalimat singkat yang keluar dari bibir indahmu,
memecah sunyi diantara kita.
"Maaf dek, kita nggak bisa bersama lagi."
Begitu saja.
7 kata yang menusukku bagai 77 belati.
Begitu saja,
kamu membalikkan badan,
lalu pergi menjauh.
Tak sekalipun menoleh kembali.
Aku membatu.
Di tempat yang sama.
Masih merasa pilu
Pada luka yang sama.
Sampai detik ini
Aku merasakan jemarimu menjauh,
sentuhmu menjadi samar,
kemudian hilang.
Sesaat setelah kamu melepaskannya, aku merasa kosong.
Kosong yang menyesakkan.
Aku berhenti bernapas sejenak.
Untuk beberapa detik jantungku berhenti berdetak.
Seolah terputus dari sumber energi.
Namun kuingatkan diriku untuk kembali bernapas, Agar jantungku dapat kembali berdetak. Agar aku dapat memahami apa yang sedang terjadi.
Kamu hanya berdiri disana.
Begitu saja, dalam diam.
Aku tidak bisa menerka,
hatimu sesungguhnya.
Masih jelas dalam ingatanku,
Setiap jengkal dirimu.
Setiap detik malam itu.
Hanya sebuah kalimat singkat yang keluar dari bibir indahmu,
memecah sunyi diantara kita.
"Maaf dek, kita nggak bisa bersama lagi."
Begitu saja.
7 kata yang menusukku bagai 77 belati.
Begitu saja,
kamu membalikkan badan,
lalu pergi menjauh.
Tak sekalipun menoleh kembali.
Aku membatu.
Di tempat yang sama.
Masih merasa pilu
Pada luka yang sama.
Sampai detik ini
Komentar
Posting Komentar