Postingan

Menampilkan postingan dari 2017

Satu Minggu Setelah Kamu Mengucapkan "I Love You"

Perlahan namun pasti kamu mulai melepaskan genggamanmu. Aku merasakan jemarimu menjauh, sentuhmu menjadi samar, kemudian hilang. Sesaat setelah kamu melepaskannya, aku merasa kosong. Kosong yang menyesakkan. Aku berhenti bernapas sejenak. Untuk beberapa detik jantungku berhenti berdetak. Seolah terputus dari sumber energi. Namun kuingatkan diriku untuk kembali bernapas, Agar jantungku dapat kembali berdetak. Agar aku dapat memahami apa yang sedang terjadi. Kamu hanya berdiri disana. Begitu saja, dalam diam. Aku tidak bisa menerka, hatimu sesungguhnya. Masih jelas dalam ingatanku, Setiap jengkal dirimu. Setiap detik malam itu. Hanya sebuah kalimat singkat yang keluar dari bibir indahmu, memecah sunyi diantara kita. "Maaf dek, kita nggak bisa bersama lagi." Begitu saja. 7 kata yang menusukku bagai 77 belati. Begitu saja, kamu membalikkan badan, lalu pergi menjauh. Tak sekalipun menoleh kembali. Aku membatu. Di tempat yang sama. Masih merasa p...

Petuah Orang (Tua)

"Aku udah pernah merasakan apa itu yang namanya sungguh-sungguh patah hati. Aku pernah tau rasanya sakit hati yang rasanya benar-benar membunuh. Bisa kamu bayangin? 8 tahun bersama dan di suatu malam aku iseng coba hack sosial media dia. Dan aku menemukan DM nya, chat di WA, chat di FB, semuanya ke laki-laki lain. Sungguh-sungguh malam itu aku hancur." Suara laki-laki di seberang sana tiba-tiba hening, sedikit terdengar hembusan napasnya yang berat. Mungkin saja dia berhenti untuk menyulut sebatang rokok. Kebiasaannya adalah merokok bila mulai membahas masalah yang cukup berat, walaupun sebenarnya dia bukan perokok berat. Kemudian dia melanjutkan, "Jadi buatku, kalau sakit hati yang kecil-kecil itu ku anggap kayak nggak ada, sama sekali nggak ku masukin dalam hati. Aku udah pernah ngerasain yang lebih sakit dari ini, udah pernah tergores belati yang paling beracun, pada malam itu, jadi kalau cuma masalah di block atau apalah itu, aku sama sekali nggak ...

Akibat terlalu lama mencintaimu seorang diri

Bergegaslah kamu pergi. Berlari lah secepat mungkin. Jangan pernah kamu menoleh lagi kebelakang, Apalagi segaja untuk melihat mataku untuk terakhir kalinya. Karena dengan cara itulah aku akhirnya mampu merelakanmu. Ambillah kembali yang sekiranya masih menjadi milikmu. Kumpulkanlah seluruh jejakmu, dan bawalah mereka pergi bersamamu. Tapi alangkah baiknya, jika setidaknya kau tinggalkan selembar surat di atas meja riasku. Entah itu surat perpisahan yang panjang, atau hanya sebuah kalimat. Jangan coba menenangkan ku saat aku menangis. Jangan kau pernah menyentuhku, Atau bahkan memelukku. Karena aku tak tahu apakah aku sanggup melepaskanmu dari pelukku, Dan membiarkanmu pergi, Mengejar dirinya.

03.47

Dan aku pun masih terjaga. Entah karena asupan kafein, Atau karena khayal tentangmu. Asal kamu tau, aku sering terjaga hingga fajar datang. Karenamu. Inginku padamu. Ku habiskan malam yang dingin sembari menyusun rencana saat pulang nanti. Saat menemuimu.

Sesal

Akulah ciuman pertamamu. Tapi aku sungguh mohon maaf, tidak seharusnya kucuri itu darimu. Maafkan aku mengambil haknya. Maafkan aku yang menjadi candu. Maafkan aku yang selalu rindu.

Haruskah Kuakhiri?

Kira-kira beberapa hari yang lalu, sesaat menjelang tengah malam. Seperti biasa, kami selalu berbicara melalui telpon hingga akhirnya salah satu dari kami tertidur. Namun malam itu, dia tidak seperti biasanya. Tiba2 dia mengatakan ..... ***** Dek, Kamu gak baper sama aku kan? Kamu jangan baper loh. Iya mas iyaaaaaaa Kamu tau aku udah punya pacar. Ya walaupun jauh, walaupun begini jarang hubungan, walaupun kadang terasa hambar. Tapi komitmen ku sama dia itu gak sebentar udah bertahun2. Gak mungkin kan kalo tiba2 dengan gitu aja aku pergi? Kalau aku mau pun ttp gak bisa kayak gitu. Kita udah lama banget bareng2. Hmmm mhh Walaupun jarang komunikasi, walaupun hambar gini. Tapi aku tetep menikmati perjalanan sama dia kayak gini. Aku sama dia ini bukan main2, dan emang bukan waktunya main2 lagi. Ngerti kan? Iyaaaa mas he'eh Yaudah. Gitu aja. Hmmm yaa ***** Mungkin sudah terlalu dekat, sangat intensif komunikasi. Mungkin. Sampai aku hampir lupa dia bisa pergi kapan saja. Dia punya rumah...

Sepucuk Surat

Hai mas :) E ntah kenapa aku tidak berani mengatakan banyak hal kepadamu. Selalu saja ku tumpahkan segala keluh ku disini. Hari ini, baru saja. Aku tidak sengaja membaca surat terbuka dari mu, untuk kekasihmu. Saat melihat penulisnya adalah kamu, aku langsung menutupnya. Aku takut untuk membacanya. Tapi kemudian aku terhenti di tengah perjalanan ku menuju kantin, timbul sedikit penasaran. Kembali aku membukanya, ku baca secara perlahan tiap kata. Aahhh, rupanya kamu sangat merindukan kekasihmu ya? :')) Setiap malam aku selalu berada disampingmu, namun pikiranmu melayang jauh menuju kekasihmu. Harusnya aku sudah menyadarinya. Harusnya aku merasa tak apa. Atau bahkan, harusnya aku pergi? Hahaha Mungkin sudah cukup. Aku pamit ya mas.

Satu setengah jam setelah kamu pergi

Mas, bisakah kamu tinggal? Tidak inginkah kamu menginap semalam saja? Tidak rindukah kamu padaku? Tidak inginkah kamu merengkuhku? Kenapa kamu begitu cepat pergi kembali, mas. Aku masih rindu ! Sangat amat rindu !! Aku tersiksa karena rindu mas. Tidakkah kamu pun? Tapi aku lebih tersiksa lagi Oleh keinginan untuk menyentuhmu, Membelaimu, Memelukmu. Inginku kamu tetap disini. Bersamaku. Menjelang pagi bersama. Dalam hangat dekapan.

01.35

Kadang ada saat, Dimana aku ingin memonopoli dirimu. Tak ingin kamu menjadi milik orang lain, Tak boleh kamu disentuh siapapun. Ingin ku dekap kamu, Bermalam-malam. Sampai aku bosan. Tapi tampak tidak mungkin aku bosan padamu, Jadi mungkin akan ku dekap kamu selamanya. Ingin kuhapuskan lelah dari wajahmu, Ku sajikan minuman hangat, Serta makanan yang nikmat. Setiap hari. Ingin kumiliki saja dirimu itu ! Tapi, Kembali lagi pada kenyataan. Terlalu banyak kata ingin, Terlalu tinggi mimpi ku tentangmu. Kamu tetaplah miliknya, Walau kadang aku dapat menyentuhmu. Acap kali kau panggil aku dengan kata sayang, Tapi aku paham, Itu tak lebih dari ucap.

Jangan Katakan

Asik sekali ya malam ini? Kamu terus menikmati kopimu, dan aku dengan es jeruk nipis kesukaanku. Kamu terus saja mengkritik tentang pemimpin baru di organisasimu, dan aku dengan tenang mendengarkan segala keluhamu. Terkadang aku juga mengeluh tentang hari-hariku, temanku, segalanya, dan kamu dengan patuh diam membiarkan ku berbicara. Kita juga mendiskusikan banyak hal. Sampai pada akhirnya kopimu habis, dan minumanku tinggal setengah. Semuanya berjalan mulus. Percakapan kita mengalir begitu saja. Sekali saja kita membiacarakan tentang kita. Bisu akan mampir. Aku yakin. Jangan. Jangan bicara tentang kita. Aku berusaha meyakinkan diri. Aku ingin terus melihat senyum mu. Jangan bicarakan tentang kita. Janjiku.

Aku yang Terus Mencari Kamu

Malam ini aku datang, ke Jogja. Sudah bermalam-malam aku terjaga, Menenggak indahnya kota Diantara lampu kota dan Lalu lalang kendaraan Kucari seberkas harapan, setitik kesejukan, Kamu. Pelosok kota sudah kusinggahi Kampus-kampus, Jejeran cafe dan diskotik, Juga perpustakaan, Sudah kumasuki. Tidak juga ku temui. Apakah kamu sudah mati?

Renungan Malam

Entah malam atau kamu, Selalu mengganggu. Menggugah rindu. Entah malam atau kamu, Terasa sangat dingin. Dan aku sangat ingin. Entah malam atau kamu, Terasa sepi Apakah aku sendiri?

Pelajaran

Solo, 24 Agustus 2016 03:05 WIB Malam ini kamu dan aku akhirnya duduk berdampingan. Kamu ditemani sebatang rokok dan aku berteman segelas soft drink. Dalam 5 menit pertama hanya ada kesunyian, kamu sibuk dengan pikiranmu sedangkan aku sibuk menebak apa yang kamu pikirkan. Aku jengah dengan kesunyian ini, hingga akhirnya aku memutuskan untuk bertanya tentang apa yang sedang terjadi pada kita. Kamu tidak langsung menjawabnya, kau hisap rokokmu dua kali baru kemudian berbicara. “ Kalau aku sih yakin dek, semua hal itu memiliki waktunya masing-masing. Pasti datang diwaktu yang tepat. Tinggal nantinya kita rasain aja semua yang terjadi. Prinsipku selagi aku masih muda, semua hal aku telan, aku tidak membatasi diriku dalam hal apapun.” Kamu mulai bercerita tentang bagaimana hancurnya kamu sesaat setelah berpisah dari cintamu, bagaimana keluargamu masih sering menanyakan mantan kekasihmu, serta bercerita bagaimana jatuhnya kamu saat ditinggal bapak pergi. Saat kamu bercerita, aku b...